Pages

Wednesday, June 15, 2011

Popok Kain, Bisnis Plus Investasi Kesehatan

(11 Januari 2011)

KOMPAS.com - Pengalaman personal sebagai pasangan muda dalam mengurus bayi menjadi titik awal membangun bisnis popok bayi. Mengetahui borosnya popok sekali pakai atau disposable diaper (Dispo), apalagi setelah kenal bahayanya, Maria Cynthia dan Christopher Ivan memilih popok kain, dan kemudian berinisiatif memperkenalkannya di pasar lokal.

Maklum, popok kain belum populer di Indonesia, dan untuk mendapatkannya di toko resmi harus menyeberang ke negeri tetangga. Harganya yang diklaim mahal pun menjadi alasan, hingga akhirnya banyak orangtua tetap bertahan dengan dispo.

Faktor kesehatan menjadi fokus utama Christopher, sehingga pilihan pun dijatuhkan kepada popok kain untuk perlengkapan bayinya. Selain juga hitung-hitungan pengeluaran yang nyatanya lebih efisien dengan popok kain.

"Awalnya kita gunakan dispo hingga tiga bulan. Setelah dihitung lagi, dalam sebulan bisa menghabiskan Rp 500.000 hanya untuk dispo. Karena dalam sehari pemakaian popok bisa sampai lima, atau jika kulit sensitif setiap dua jam popok harus diganti," papar Christopher, yang akrab disapa Chris, kepada Kompas Female.

Dengan pertimbangan ini jugalah, akhirnya pasangan muda ini mengganti dispo dengan popok kain. Meski investasi awal cukup tinggi, namun manfaatnya tak kalah berharga.

Riset menjadi langkah awal Chris, yang akhirnya memilih popok kain untuk penggunaan pribadi. Menurutnya, resiko jarak pendek penggunaan dispo adalah iritasi kulit karena uap panas yang disebabkan bahan kimia dan pemutih yang terkandung dalam dispo. Sirkulasi udara di area kelamin yang satu derajat lebih tinggi suhunya (dengan dispo) juga lama-kelamaan bisa mempengaruhi produksi sperma. Bahan pada dispo yang mirip pembalut perempuan pun bisa menjadi salah satu penyebab kanker serviks pada perempuan. Informasi ini didapatnya dari berbagai sumber, termasuk sebuah penelitian di Jerman dan penerangan dari Yayasan Kanker

Indonesia.

Kumpulan pengetahuan inilah yang kemudian memancing semangat pasangan ini untuk memulai bisnis popok kain.

"Misinya tak sekadar berjualan, namun juga menyebarkan informasi ke sebanyak mungkin orangtua," kata Christopher.

Peluang bisnis popok kain memang masih potensial di Indonesia. Belum ada distributor yang memasarkan produk impor asli Amerika di sini. Maklum, produsen popok kain yang dikenal pasar saat ini adalah Rump.a.rooz buatan Amerika. Toko ini telah memiliki 400 toko di seluruh dunia, dimana 40 di antaranya didistribusikan oleh pasangan ini di Jakarta.

Celah ini, juga didasari niatan menularkan pengalaman pribadi ke orang lain akhirnya membawa Chris dan Cynthia dalam perputaran bisnis yang semakin menghasilkan dengan bisnis online dan sistem konsinyasi di sejumlah toko bayi. Dengan membuka sistem reseller, bisnis ini berkembang pesat dalam kurun waktu kurang dari setahun.

Bisnis popok kain cukup banyak menarik pasar, penjualan rata-rata dalam sebulan bisa mencapai 150 popok kain. Penghasilan ini merupakan hasil kontribusi 20 persen dari sistem konsinyasi di toko bayi yang tersebar tak hanya di Jakarta, tetapi juga di Bandung, Surabaya, Malang, Yogyakarta, hingga Medan. Penjualan dengan sistem online berkontribusi 80 persen dari total pendapatan. Pelayanan yang interaktif lewat internet juga memanjakan pelanggan. Mulai dari informasi kesehatan hingga cara pakai dan cara cuci popok kain.

Niatan awal untuk berbagi informasi tentang kesehatan, turut menunjang perkembangan bisnis ini. Chris mengaku seringkali diundang oleh rumah sakit untuk mempresentasikan produknya dari sisi kesehatan. Diakui cara ini mampu mendorong penjualan produknya. Yang lebih memuaskan lagi bagi Chris adalah semakin banyak orangtua terinformasikan pentingnya menjaga kesehatan bayi, termasuk urusan popok.

Hitungan penghematan biaya popok bayi

Jika asumsinya seorang bayi menggunakan lima dispo per hari sejak lahir hingga usia dua tahun, ia membutuhkan 3.650 popok. Dengan harga sebuah popok sekitar Rp 2.500 per buah, dibutuhkan biaya Rp 9 jutaan untuk pemakaian dua tahun.

Bandingkan dengan menyediakan lima popok kain sehari, dengan harga satu popok mulai dari Rp 275.000 maka rata-rata pengeluaran untuk dua tahun sekitar Rp 1,5 juta. Ada penghematan sekitar Rp 7 jutaan untuk penggunaan popok bayi selama dua tahun.

Karakter popok kain

* Ukuran

Satu buah popok kain bisa digunakan untuk segala usia bayi, dengan ukuran ex.small, small, medium, dan large. Artinya hingga usia bayi Anda dua tahun (asalkan tidak overweight), popok kain bisa disesuaikan pemakaiannya. Kancing-kancing pada popok yang mirip celana bahan ini berfungsi sebagai pengatur ukuran sesuai usia anak.

* Bahan

Jika dispo menggunakan bahan yang mengandung plastik dan bahan kimia, popok kain menggunakan bahan hypo-allergenic yang mencegah iritasi, bahan penyerap terbuat dari serat mikro, bebas bahan kimia.

* Ramah lingkungan

Popok kain bisa dicuci lalu dikeringkan, dan dipakai kembali. Jadi, tidak meninggalkan sampah, terutama sampah plastik yang membutuhkan waktu 500 tahun untuk terurai.

* Fleksibel 

Terdiri atas dua bagian, outer (bagian luar) yang tampak seperti celana bahan, dan insert (bagian penyerap, bentuknya seperti pembalut, RED). Ukuran insert bisa disesuaikan dengan usia dan kebutuhan bayi. Satu insert bisa dibentuk ukuran besar dan sedang. Bayi baru lahir juga memiliki insert khusus, disesuaikan dengan kebutuhan. Bahkan insertbisa di-setting seusai jenis kelamin bayi.



http://female.kompas.com/read/xml/2010/02/10/23083971/popok.kain.bisnis.plus.investasi.kesehatan..

FB : http://www.facebook.com/kiranakirani.onlineshop

Mail    : kiranakirani7@yahoo.co.id

No comments:

Post a Comment