Pages

Tuesday, December 13, 2011

Pilih Buku Sesuai Usia Anak

KOMPAS.com - Banyak manfaat yang bisa dipetik dari kegiatan membaca, antara lain menambah ilmu, menambah informasi, hingga meningkatkan wawasan seseorang. Meskipun demikian ada beberapa hal yang harus diperhatikan orangtua saat memilih buku bacaan untuk anak, yaitu menyesuaikan jenis bacaan dengan usia anak.

Banyak orangtua yang justru membuat anaknya menjadi takut untuk membaca karena anak dipaksa untuk menjadi pintar, dan hanya membaca buku-buku ilmu pengetahuan atau buku yang bermanfaat -versi orangtuanya. Hal ini secara tak langsung membuat anak menjadi merasa terpaksa untuk membaca, padahal sebenarnya membaca bisa jadi pilihan untuk refreshing dan bersantai.

"Berikan jenis bacaan yang memang sesuai untuk anak seusianya. Dengan demikian mereka akan suka dan semangat untuk membaca buku," tutur Johanes Trihartanto, editor buku dari penerbit Erlangga, usai acara Festival Pembaca Indonesia 2011 di Pasar Festival, Jakarta Selatan, Minggu (4/11/2011) lalu.

Menurut Johanes, banyak salah kaprah yang terjadi mengenai kegiatan membaca. Misalnya saja, banyak orangtua berpendapat bahwa komik bukanlah jenis buku yang bermanfaat bagi anak. "Anak akan jenuh kalau telalu sering membaca buku- buku formal yang terlalu berat untuk usia mereka. Tak ada salahnya sesekali membaca komik atau majalah. Yang paling penting adalah bagaimana menumbuhkan kecintaan anak pada membaca buku yang positif dan sesuai usianya," bebernya.

Menurut Johanes, membaca komik atau majalah sebenarnya juga memiliki berbagai manfaat tertentu, antara lain menambah pengetahuan mengenai hal-hal yang terjadi di dunia, serta merangsang kreativitas dan daya imajinasi anak. Dari komik atau buku lain selain buku pengetahuan, sebenarny

Permainan untuk Bayi 1-12 Bulan

KOMPAS.com — Meski si kecil masih bayi, ia bisa diajak bermain lewat permainan sederhana. Tentu permainan ini perlu disesuaikan dengan usia dan kemampuannya. Jika permainan sederhana dilakukan dengan baik, hal itu akan mendukung pertumbuhan fisik, psikis, dan kecerdasannya.

Tri Puspitarini, MPsi dari Lembaga Ini Kami Edu Jakarta, menyarankan sejumlah permainan yang dapat dilakukan ayah dan ibu bersama bayi usia 1-12 bulan ini:

1. Cilukba.
Peralatan:
Sebenarnya tak membutuhkan peralatan khusus. Namun, ayah dan ibu dapat menggunakan sapu tangan atau baju sebagai media penghalang.

Cara bermain:
Kita tinggal membuka dan menutup wajah dengan tangan atau hilang-muncul di balik dinding, kursi atau tempat tidur.

Manfaat:
Bayi belajar tentang konsep hilang dan ada. Meski ia tidak melihat orangtuanya, bayi tahu kita sedang bersembunyi dan segera muncul kembali. Ia pun belajar mengenal bentuk-bentuk emosi lewat ekspresi wajah, seperti gembira, tertawa, tersenyum, dan terkejut.

2. Mengeskplorasi lingkungan
Peralatan:
Banyak yang bisa dimanfaatkan dari lingkungan sekitar. Di halaman rumah, misalnya, ada pohon dengan buah, daun, batang, dan rantingnya. Lalu, ada daun yang mudah kering, buah yang masih muda, masak, atau jatuh membusuk, juga ada pot, batu, rerumputan, kolam ikan, pagar, kunci pagar, dan masih banyak lagi.

Cara bermain:
Ajak bayi ke halaman, dengan digendong atau didudukkan di stroller, lalu kenalkan satu per satu benda-benda tersebut.

Manfaat:
* Meningkatkan pengetahuan bayi, yakni mengenal aneka benda yang ada di lingkungannya.
* Kosakatanya bertambah sehingga secara tak langsung bayi terstimulasi belajar bicara.
* Keberanian bayi untuk bereksplorasi pun meningkat lewat pengalaman-pengalaman yang menyenangkan tersebut.

(Tabloid Nakita/Irfan Hasuki)

Pakai Popok Kain, Yuk!

KOMPAS.com - Di tengah melimpahnya produk popok sekali pakai di pasaran, sekelompok ibu justru memilih menggunakan popok kain. Alasan mereka untuk menghemat pengeluaran hingga mengurangi sampah.

Kelompok ibu-ibu yang berasal dari komunitas Milis Popok Kain (MPK) memperlihatkan desain popok kain yang tren pada zaman sekarang ketika merayakan ulang tahun kedua perkumpulan mereka, Sabtu (2/7/2011) lalu di TK Buana Kids, Buncit Indah, Jakarta. Untuk mengisi acara, panitia menggelar workshop membuat popok kain, lomba memakaikan popok kain pada anak, dan lomba membuat popok kain dari bahan yang tersedia di rumah.

”Salah satu semangat menggunakan popok kain adalah mengurangi sampah. Jadi, syarat lombanya adalah memakai bahan bekas yang memang sudah ada di rumah,” kata Eni, salah satu moderator milis.

Maka, jadilah ibu-ibu peserta lomba berkreasi membuat popok, seperti dari kaus yang sudah tidak terpakai atau kombinasi dari bahan kaus dengan kain bedong yang biasa dipakai untuk membungkus bayi. Namun, jangan bayangkan popok kain yang dipakai saat ini sama seperti popok kain zaman dulu, yaitu berupa sehelai kain katun atau kaus yang pada salah satu sisinya diberi tali sebagai pengikat.

Popok kain ”kontemporer” ini memiliki penampilan dan kemasan yang modern dan modis. Umumnya, berbentuk seperti celana dalam, terbuat dari bahan yang nyaman dan aman untuk bayi seperti katun/kaus, ditambah sehelai kain pembalut untuk menampung pipis. Sebagian di antaranya diberi lapisan tahan air untuk menahan rembesan. Motif dan warna kain yang lucu dan cerah membuat popok ini bisa dipakai tanpa tambahan celana dalam.

”Bentuknya seperti celana supaya mudah dan cepat dipakai. Karena itu, harganya memang lumayan mahal. Tetapi, kalau dihitung dengan cermat, pembelian yang mahal untuk popok kain hanya di awal. Setelah itu akan terasa hemat karena popok kain bisa dipakai berulang-ulang setelah dicuci,” kata Eni yang memakaikan popok kain pada anaknya sejak berusia dua bulan.

Ibu lainnya, Inne Utomo (27), juga menjadikan penghematan sebagai alasan memilih popok kain.

”Kalau popok sekali pakai, saya bisa menghabiskan uang Rp 200.000 per bulan karena ternyata anak saya tidak cocok memakai popok sekali pakai yang murah. Itu artinya, dalam setahun saya harus membelanjakan Rp 2,4 juta. Sementara sepuluh buah popok kain yang totalnya Rp 700.000 bisa saya pakai lebih lama dari setahun karena bisa dipakai berulang. Kan prinsipnya cuci, kering, pakai,” kata Inne yang sudah memakaikan popok kain pada anaknya, Kinar (1 tahun 9 bulan), selama 1,5 tahun.

Butuh kreativitas
Selain popok berbentuk celana, popok dengan bentuk sehelai kain masih tetap digunakan. Di samping helaian kain berukuran kecil yang biasanya dipakaikan pada bayi baru lahir, popok seperti ini juga tersedia dalam ukuran yang lebih besar.

Untuk itu, diperlukan kreativitas sang ibu untuk memakaikannya karena popok kain berukuran besar ini harus dilipat-lipat hingga nyaman dipakai bayi. Kalau ibu bisa berkreasi dengan cara melipat, popok dari sehelai kain ini bisa dibentuk seperti celana, seperti yang diperagakan Inne.

Beragam jenis popok kain yang dipajang saat ulang tahun MPK tersebut, dikatakan Eni, adalah produk lokal yang dibuat anggota milis. ”Selain ibu-ibu yang menggunakan popok kain untuk anaknya, milis kami juga beranggotakan ibu-ibu yang akan memilih popok kain, mantan pengguna, sampai ibu-ibu yang kemudian mencoba membuat sendiri popok kainnya,” tutur Eni. Anggota milis saat ini sudah hampir mendekati angka 1.000 orang.

Untuk memberikan peluang usaha pada ibu-ibu yang membuat popok kain, MPK menyediakan waktu khusus untuk promosi, tentu saja melalui dunia maya, yaitu pada hari Kamis. ”Kalau sudah hari promosi, biasanya ada 100 sampai 200 orang yang promosi,” kata Inne yang turut berbisnis popok kain meski tak membuat sendiri.

Tak hanya jadi ajang promosi, MPK juga menjadi sarana berbagi informasi, seperti cara merawat popok hingga media untuk menyebarkan pola popok yang baru. Di luar dunia maya, penyebaran informasi tentang popok kain dilakukan secara personal, mulai dari mengajak saudara, tetangga, teman kantor, arisan, sampai pengajian.

”Efek terhadap pengurangan sampah lumayan besar. Saat ulang tahun pertama MPK, kami mengadakan kegiatan amal di panti asuhan. Di sana, sampah popok sekali pakai dalam sehari bisa mencapai seratus kantong plastik. Untuk mengurangi sampah itu, kami mencoba memperkenalkan popok kain pada panti asuhan,” ujar Eni.

Anna (30) bahkan masih menyimpan popok kain yang pernah dipakai anak pertamanya, Seno (2,5), untuk dipakai anak keduanya yang masih berusia lima bulan dalam kandungan. Anna mengatakan, asal tahu cara memakai dan merawatnya, popok kain bisa tetap bersih.

”Misalnya, popok jangan terlalu lama dipakai, harus diganti 3-4 jam sekali. Cara mencucinya juga tidak merepotkan, sama saja seperti mencuci baju biasa. Yang agak repot mungkin pada saat bepergian. Tetapi zaman sekarang perlengkapan bayi sudah lengkap, ada tas khusus untuk menyimpan popok yang kotor. Tasnya juga bagus lho,” tutur Anna.

Jadi, uang penghematan dari popok bisa dipakai untuk memenuhi kebutuhan bayi lainnya...

(Yulia Sapthiani)

Monday, December 12, 2011

Agar Si Kecil Tak Bergantung pada Bunda

KOMPAS.com - Cara mengoreksi perilaku ketergantungan si batita pada ibu sebenarnya sederhana, yakni dengan memberikan kesempatan pada sosok pengganti (ayah misalnya) untuk berinteraksi dengan si kecil.

Tugas utama ibu adalah menumbuhkan keyakinan dalam diri si batita, bahwa melakukan aktivitas dengan orang lain, selain ibu, juga mengasyikkan. Berikut langkah-langkahnya untuk menumbuhkan kepercayaan tersebut:

1. Perlihatkan rasa percaya.
Ibu terlebih dahulu harus memiliki kepercayaan bahwa orang lain (ayah) pun sanggup mengasuh si kecil dengan baik. Rasa percaya ini perlu dibangun demi mengusir kegelisahan yang bakal muncul. Perlu diketahui, sinyal kegelisahan ibu bisa ditangkap oleh anak sebab mereka memiliki kepekaan tinggi terhadap perasaan orangtuanya.

2. Ciptakan interaksi untuk menumbuhkan keyakinan.
Pada tahap ini, ibu membujuk si batita untuk mau mencoba berinteraksi dengan ayahnya. Misal dengan mengatakan, "Yuk, bikin susu sama Ayah. Susu bikinan Ayah juga lezat loh." Interaksi ini akan membuka peluang bagi ayah untuk membuktikan dirinya pun mampu melakukan hal-hal yang biasa dilakukan ibu.

3. Mendampingi si batita saat proses adaptasi.
Menumbuhkan kepercayaan membutuhkan sebuah proses. Jadi, tak perlu terburu-buru memaksa si batita langsung percaya pada sosok pengganti karena ia tentunya butuh waktu untuk beradaptasi.

Agar proses beradaptasi antara si kecil dan ayahnya itu lancar, ibu sebaiknya masih ada di sekitar mereka kala mereka sedang beraktivitas bersama. Ketika Ayah hendak membuatkan susu bagi si kecil, ibu berbenah di ruangan yang sama sambil bersuara sebagai pertanda ibu masih ada di dekatnya.

4. Secara perlahan tinggalkan si batita.
Cobalah amati, bila si batita sudah tampak nyaman dengan ayahnya, perlahan menjauhlah dengan meminta izin terlebih dahulu sehingga anak tidak merasa ditinggalkan begitu saja. Jangan lupa sampaikan penghargaan kepadanya.

"Ibu mandi dulu ya. Ira minum susu ditemani Ayah. Kan Ira anak pintar. Nanti kita main lagi bertiga ya kalau Ibu selesai Mandi."

5. Tingkatkan frekuensi.
Bila si batita mulai menerima sosok yang diharapkan terlibat dalam pengasuhan, tingkatkan frekuensi aktivitas bersama mereka. Semakin banyak aktivitas yang dilakukan bersama, niscaya rasa percaya anak kepada orang tersebut akan semakin tinggi. Lama kelamaan si batita tak perlu bergantung lagi pada ibu. Ibu pun tak lagi kerepotan sendirian menghadapi si kecil.

(Tabloid Nakita/Utami Sri Rahayu)

Wednesday, December 7, 2011

Mengatasi "Gap" Orangtua-Anak

KOMPAS.com - Perbedaan usia yang terlalu jauh antara orangtua-anak, boleh jadi menimbulkan gap. Namun, yang harus diwaspadai adalah ketika terjadi gap mental antara orangtua-anak, apalagi ketika mengasuh anak remaja.

Sani B Hermawan, psikolog keluarga dari Lembaga Daya Insani mengatakan gap mental perlu lebih diwaspadai. Perbedaan usia antara orangtua dan anak yang terlalu jauh takkan menimbulkan masalah jika orangtua dan anak tidak mengalami gap mental.

"Gap terlalu jauh secara mental bikin orangtua dan anak nggak nyambung," kata Sani saat jumpa pers di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Gap mental terjadi ketika orangtua tak memahami dunia anak-anak saat ini. Tak memahami selera musik anak masa kini misalnya, bahkan tidak mengetahui berbagai hal yang disukai anak-anak di zamannya atau ragam hal menarik bagi generasinya.

Karenanya, Sani menegaskan, pentingnya bagi orangtua untuk menjalani dua peran, sebagai teman terlebih dahulu, kemudian sebagai orangtua. Terutama dalam pengasuhan terhadap anak remaja.

Untuk mengatasi gap mental, Sani menyarankan, "Kalau sudah terjadi seperti ini, kakak yang mengambil peran. Kakak perlu lebih dekat dengan si anak remaja ini, dan mengkomunikasikannya dengan orangtuanya," jelasnya.

Selain itu, orangtua juga perlu menyelami dunia anak-anak, membangun kebersamaan dan kekompakan dengan cara menyenangkan. Tak ada kata terlambat untuk mewujudkan kekompakan dengan anak, terutama remaja, agar mereka merasa lebih dekat dan terbuka dengan keluarganya.

Sunday, December 4, 2011

Pertolongan Saat Penyakit Anak Memburuk di Malam Hari

Jakarta, Penyakit tidak pernah datang pada waktu yang tepat. Seringkali anak-anak terbangun di tengah malam akibat gejala penyakit tertentu, padahal kantor dokter sudah tutup dan ibu tidak tahu apakah harus membangunkan dokter atau mencoba mengatasinya sendiri.

Beberapa gejala bisa jadi pertanda bahaya serius, seperti demam tinggi, kesulitan bernapas, ruam yang aneh atau kejang-kejang. Hampir semua gejala pada bayi di bawah 4 bulan memerlukan penanganan langsung oleh dokter, tidak peduli kapanpun waktunya.

Seperti dikutip dari Parenting.com, Minggu (27/11/2011), banyak gejala penyakit pada anak-anak yang memburuk pada malam hari. Meskipun tidak mengancam keselamatan, gejala tersebut dapat membuat anak sengsara.

Dengan sedikit perencanaan dan bantuan dari praktisi kesehatan, beberapa tindakan dapat dilakukan untuk membantu meringankan gejala penyakit pada anak.

Asma dan alergi

"Gejala asma dan alergi seringkali memburuk pada malam hari. Ada banyak faktor yang bermain, tingkat kortisol yang menurun di malam hari dan kortisol memiliki efek pencegahan asma," kata Santiago Martinez, MD, ahli alergi anak dan asisten profesor klinis kedokteran di Sekolah Florida State University Medis di Tallahassee.

Kenaikan histamin juga memicu gejala alergi dan asma. Beberapa alergen seperti debu dan bulu hewan peliharaan lebih banyak ditemui di kamar anak sehingga meningkatkan paparannya ketika anak tidur.

Jika anak mendapat serangan alergi pada malam hari, antihistamin bisa meredam gejalanya. Jika gangguan itu sering terjadi sepanjang tahun, sebaiknya berikan imunoterapi dengan cara memasukkan sejumlah kecil zat pemiocu alergi ke dalam tubuh sehingga tubuh secara perlahan-lahan membangun kekebalan.

Langkah-langkah preventif untuk mengurangi paparan zat pemicu alergi adalah mengurangi paparannya. Arinya, pastikan jendela kamar anak tetap tertutup, tidak menempatkan boneka atau binatang berbulu di dalam kamarnya. Bisa juga memasang penyaring yang dirancang untuk menjebak partikel yang sangat kecil yang dapat memperburuk gejala alergi.

Batuk

Batuk dapat diakibatkan oleh infeksi virus yang menetap di saluran napas atas dan kotak suara, dan biasanya menyerang saat anak sedang pilek. Karena menyebabkan pembengkakan pita suara, batuk juga bisa disertai oleh napas yang cepat atau bising.

Batuk hampir selalu memburuk pada malam hari karena aliran darah ke saluran pernapasan mengalami perubahan ketika anak berbaring. Udara yang kering juga dapat memperburuknya.

"Mulailah dengan memberikan obat ibuprofen untuk mengurangi parahnya pembengkakan di saluran udara dan meredakan rasa tidak nyaman," kata Andrea Leeds, MD, seorang dokter anak di Bellmore, New York, dan anggota American Academy of Pediatrics.

Jika anak berusia 12 bulan ke bawah, jangan gunakan ibuprofen kecuali dokter mengijinkan. Kemudian lepas popok atau celananya, nyalakan shower, dan dudukkan di kamar mandi yang beruap selama lima belas menit.

Setelah itu, kenakan pakaian dan bungkuslah dengan selimut. bawalah dia ke luar rumah agar terpapar udara malam yang dingin. Jika ketika itu musim panas, paparkan dengan freezer atau pendingin udara selama setidaknya lima menit.

Uap akan melemaskan saluran udara dan pita suara, sedangkan udara dingin dapat mengurangi bengkak. Kombinasi ini seringkali mampu mengontrol gejala batuk sampai keesokan harinya.

Sakit telinga

Infeksi di telinga tengah atau di liang telinga dapat semakin terasa gejalanya ketika berbaring sebab meningkatkan pengumpulan cairan dan memberikan tekanan ekstra pada jaringan yang meradang.

Ibuprofen dapat diberikan untuk anak-anak berusia 12 bulan ke atas. Asetaminofen dapat membantu meringankan sakit.

"Panaskan minyak zaitun sesendok makan dalam microwave sampai hangat tapi tidak sampai panas. Berikan 2-3 tetes minyak hangat di telinga yang terkena untuk menenangkan membran telinga," kata Dr Leeds.

Menempelkan kain hangat basah di telinga anak juga dapat membantu. Terkadang perlu antibiotik untuk membersihkan infeksi jika tidak sembuh dengan sendirinya. Jika anak rentan terhadap antibiotik, tanyakan kepada dokter tentang resep obat tetes telinga untuk mematikan rasa sakit.

Demam

Demam memburuk pada malam hari karena suhu tubuh naik secara alami di malam hari sehingga demam yang ringan di siang hari dapat naik dengan mudah ketika tidur.

Pertama, periksa suhu anak. Lakukan lewat dubur rektal jika anak berusia di bawah 6 bulan. Demam di atas 38° C pada bayi dibawah 3 bulan memerlukan penanganan langsung oleh dokter.

Hal yang sama berlaku jika suhu tinggi pada anak disertai dengan kelesuan, muntah, diare, leher kaku, atau ruam yang tidak biasa.

"Asetaminofen juga dapat diberikan. Tunggulah dulu selama setengah jam, dan periksa suhunya lagi. Jika belum mulai turun dan usianya lebih tua dari setahun, berikan anak beberapa ibuprofen juga. Obat-obat ini dapat digunakan bersama dipisahkan jarak setengah jam. Asetaminofen dapat diberikan setiap empat jam, dan ibuprofen diberikan setiap enam sampai delapan jam," kata Dr Leeds.

Anak dapat dimandikan pada suhu ruangan (25° - 27° C) untuk membantu mendinginkan suhu tubuhnya. Pastikan anak tetap terhidrasi dengan memberikan air, susu formula atau ASI jika masih bayi sebelum anak kembali tidur.

Kulit gatal

Kulit gatal memburuk di malam hari karena ketika anak diam dan berbaring, rasa gatal lebih mudah dirasakan. Gatal-gatal dapat diakibatkan tanaman rambat, gigitan serangga, eksim, atau sengatan matahari. Dan jika kulit gatal disebabkan oleh alergi, kenaikan kadar histamin dapat membuatnya lebih buruk.

Untuk gatal karena eksim, gunakan pelembab untuk membersihkan tubuhnya sebelum tidur. Pijatan juga dapat menenangkan. Penting juga untuk menjaga kelembaban udara di dalam kamar.

Apabila gatal disebabkan ruam alergi, Antihistamin dapat membantu meringankan gejalanya. Krim cortisone oles juga dapat membantu. Jangan menggunakan jenis produk tertentu sebelum berkonsultasi dengan dokter anak.

Hidung Tersumbat

Hidung tersumbat memburuk pada malam hari sebab saluran hidung makin mengecil ketika tidur. Gunakan obat tetes atau semprot hidung untuk melembabkan membran dan mengencerkan lendir sehingga memudahkan anak melesitkan lendir atau diseka dengan kain.

Dekongestan bisa membantu meringankan gejala hidung tersumbat. Tapi penggunaannya tidak direkomendasikan untuk anak berusia di bawah 2 tahun.

Muntah

Pastikan anak tidak memuntahkan darah. Hubungi dokter jika hal itu terjadi, sebab dapat menunjukkan kondisi yang serius. Hal yang sama berlaku jika muntah disertai rasa nyeri di sisi kanan bawah perut.

Jika muntah disebabkan perjalanan, usaplah anak dengan kain dingin dan basah di dahi dan wajahnya, kemudian biarkan dia kembali tidur. Tempatkan mangkuk plastik atau wadah lain di dekat tempat tidurnya jika ia merasa mual lagi.

"Jika anak masih terjaga tetapi tidak muntah lagi, berikan anak cola atau minuman jahe. Satu sendok makan sirup pear atau peach setiap lima belas menit juga dapat membantu," kata Philip Itkin, MD, profesor klinis pediatri di University of Nebraska Medical College di Omaha.

http://www.detikhealth.com

Kapan Batuk Anak Perlu Diwaspadai?

Jakarta, Setiap orangtua pasti akan merasa panik dan stres jika melihat anak-anaknya sakit, tak terkecuali ketika si kecil mengalami batuk-batuk. Tapi kapan batuk si kecil perlu diwaspadai?

Anak kecil yang mengalami batuk terus menerus bisa membuat orangtua khawatir karena dapat mengganggu aktivitas si kecil sehari-hari dan juga waktu tidurnya. Tapi ada beberapa hal yang sebaiknya diperhatikan orangtua jika batuk anak tak kunjung sembuh.

"Biasanya batuk terjadi selama 7-10 hari setelah pilek berhenti. Tapi jika batuk mulai mengganggu tidur, ada demam yang menyertai atau batuk yang terjadi menyebar di rumah, maka perlu diwaspadai," ujar Dr Elaine Schulte, dokter anak dari Clevelend Clinic, seperti dikutip dari Foxnews, Sabtu (3/12/2011).

Schulte menuturkan sebagian besar anak mengembangkan batuk yang disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernapasan atas, dan biasanya dengan memperbaiki kelembaban lingkungan bisa cukup membantu kondisi tersebut.

"Petunjuk lain yang bisa membantu adalah menjaga cairan di bagian belakang tenggorokan tetap lembab. Umumnya anak-anak yang sudah besar bisa mengonsumsi obat batuk untuk membantu mengatasinya," ungkapnya.

Berdasarkan American Academy of Pediatrics, studi menunjukkan jika obat batuk yang diberikan pada anak-anak berusia di bawah 6 tahun tidak bekerja, kemungkinan ada efek samping yang cukup serius.

"Jika anak Anda batuk, maka cara terbaik adalah mendorong cairan atau lendir tersebut untuk keluar sehingga tidak terjebak di dalam paru-paru yang bisa menyebabkan pneumonia," ujar Schulte.

Lebih lanjut Schulte menuturkan jika batuk berlangsung lebih dari 10 hari, maka orangtua harus menghubungi dokter untuk memastikan si kecil tidak mengalami pneumonia, batuk rejan atau infeksi sinus.

(ver/ir)

http://www.detikhealth.com

Thursday, December 1, 2011

Berikan Anak Belaian 4-12 Kali Sehari

KOMPAS.com - Virginia Satir, penulis buku, terapis, dan juga pemerhati perkembangan anak dari Amerika, menyarankan orangtua untuk membelai atau memeluk anak sebanyak 4-12 kali sehari. Belaian dan pelukan merupakan satu dari enam pilar pola asuh positif yang penting untuk tumbuh kembang anak.

Membelai atau memeluk anak empat kali sehari penting untuk survival, delapan kali untuk pemeliharaan sistem tubuh, dan 12 kali untuk pertumbuhan anak. Pelukan dan belaian bisa dilakukan secara spontan, saat pagi setelah bangun tidur, siang, sore, bahkan malam menjelang tidur.

Saat membelai atau memeluk, tubuh akan mengeluarkan hormon oksitosin. Hormon ini membantu meningkatkan daya tahan tubuh, membuat tubuh lebih sehat karena tubuh merasa disayang, diterima, dihargai juga akan mendukung tumbuh kembang lebih kondusif.

Selain belaian atau pelukan, orangtua juga perlu berkomunikasi dan bermain bersama anak. Ajak anak mengobrol tentang segala sesuatu yang menarik perhatiannya. Bisa tentang pelajaran di sekolah, aktivitasnya sepanjang hari, permainan yang disukai, cita-cita, hingga keluh kesah yang sedang dirasakan.

Dengan meluangkan waktu untuk mengobrol, anak akan merasa lebih nyaman. Secara tak langsung orangtua sebenarnya sedang membelai anak dengan cara lain. Tak hanya mengobrol, orangtua juga bisa bermain bersama. Pilihlah permainan yang disukai anak, sehingga mereka akan melakukannya dengan senang hati.

(Tabloid Nakita/Irfan Hasuki/Gazali Solahuddin/Hilman Hilmansyah)

4 Cara Merespons Emosi Negatif Anak

KOMPAS.com - Jika pola asuh tak sesuai dengan usia anak, kelewat mendikte, terlalu menuntut lebih, anak harus pintar dan sempurna, serta lainnya sejenis itu, akan membuat anak merasa tak nyaman dan emosi negatifnya semakin menjadi. Orangtua perlu mempraktikkan enam pilar pola asuh positif, salah satunya memahami emosi negatif anak.

Kunci memahami emosi negatif anak adalah mendengarkan keinginan anak, karena kebutuhan anak adalah keinginan didengar, dipahami, dihargai, dilindungi, dan lain-lain. Saat anak sedang marah atau mengalami emosi negatif, orangtua sebaiknya melakukan tip di bawah ini:

1. Validasi atau pahami perasaan atau emosi negatif anak. Misal, "Ayah paham perasaanmu yang sedang sedih, coba ceritakan kepada Ayah supaya kamu lega." Dengan cara ini, anak merasa didengarkan.

2. Hindari memperbaiki perasaan anak. "Ayah tidak suka wajah kamu yang merengut. Coba lihat di cermin." Tanggapan seperti ini hanya akan memblok perkembangan emosional intellegence anak. Biarkan anak mengekspresikan emosi negatifnya, tentu dengan cara yang tidak berlebihan.

3. Berikan batasan, seperti, "Ayah paham, kamu marah. Tapi kamu harus tetap menjaga diri dengan baik. Ayah sayang kamu, Nak." Tujuannya, supaya anak tidak melakukan aksi fisik, ngamuk, melempar barang, dan sebagainya.

4. Berikan pilihan dan dukungan saat anak sudah tenang. Hindari pertanyaan, "Kenapa kamu marah?" Sebaiknya, "Ayah perhatikan, kamu sedang kesal. Ada apa, Sayang?" Pun hindari menyalahkan anak saat ia mengungkapkan kekesalannya, tapi berikan dia waktu untuk menyampaikan perasaan dan pikirannya. Setelah itu, berikan dukungan kepadanya.

(Tabloid Nakita/Irfan Hasuki/Gazali Solahuddin/Hilman Hilmansyah)