Pages

Thursday, August 30, 2012

Wajah Mirip Berarti Jodoh?

TRIBUNNEWS.COM - Setiap kali hubungan Anda dengan seorang pria mulai ke tahap serius, mungkin akan sempat terbersit dalam pikiran, apakah si dia akan menjadi pendamping hidup Anda nanti. Ada beberapa petunjuk yang sebenarnya bisa memberi pertanda bagi Anda tentang kelangsungan hubungan dengannya. Beberapa di antaranya mungkin terkesan konyol, tapi mungkin ada benarnya. Simak saja beberapa di antaranya:
Wajahnya mirip dengan Anda
Percaya atau tidak, sebagian pasangan menikah terlihat mirip dan hal ini mungkin bukan terjadi secara kebetulan. Studi yang dilakukan oleh psikolog dari University of St. Andrews menemukan, seseorang akan cenderung tertarik pada orang lain yang memiliki ciri-ciri wajah seperti dirinya sendiri. Sementara, studi lain menunjukkan bahwa pasangan menikah seringkali memiliki persamaan pada karakter fisiknya. Misalnya saja bentuk leher atau panjang jari tengah.
Anda dapat menerima segala kekurangannya
Tidak ada orang yang sempurna. Tapi, jika Anda sering diam-diam cemberut saat melihat dia menggigiti kuku atau menggerutu saat dia serius nonton pertandingan sepak bola dan mengacuhkan Anda, hati-hati. Apalagi bila sempat terlintas pikiran untuk mengubah perilakunya. Mungkin saja pria itu bukan yang tepat bagi Anda. Jika Anda mau menerima semua kekurangannya, apa pun itu, berarti Anda telah siap untuk melewatkan sisa hidup bersama untuk selamanya.
Hanya dia yang bisa buat Anda tertawa lepas
Pakar hubungan asmara selalu menyatakan, hubungan yang sukses adalah yang diwarnai dengan keceriaan. Mulai dari bertukar candaan, lelucon, atau sekadar cerita singkat yang bisa membuat Anda tertawa lepas. Namun, jika Anda cenderung menjaga sikap saat bersamanya, atau dia malah lebih sering membuat Anda menangis daripada sebaliknya, sebaiknya lupakan ide bahwa dialah pangeran impian Anda.
Teman Anda menyukainya -dan sebaliknya
Bila dia dapat berteman dengan sahabat Anda dan sebaliknya, ini adalah pertanda baik. Apalagi jika teman-teman Anda sampai berkata bahwa pria itu baik untuk Anda. Sebab, biasanya teman-teman lebih memahami apa yang baik untuk hidup dan kebahagiaan Anda. Mereka dapat menilai pria dengan lebih objektif, dibandingkan diri Anda sendiri yang dalam kondisi sedang dimabuk cinta.
Anda bisa berdebat secara sehat dengannya
Bila sampai ada pasangan yang tidak pernah bertengkar, itu adalah suatu keanehan. Yang jelas, berargumentasi bukanlah berarti Anda berdua tidak cocok. Namun, jika Anda bertengkar dengan cara yang buruk (misalnya sampai saling melempar barang), itu adalah pertanda buruk. Ciri-ciri argumentasi yang sehat adalah ketika Anda dan dia dapat berdiskusi tanpa harus melontarkan kata-kata hinaan atau makian, atau memojokkan satu sama lain. Kehidupan bersama yang nanti akan Anda jelang bersamanya, jelas akan membutuhkan banyak kompromi. Jika sejak sekarang Anda sudah dapat menyelesaikan perbedaan pendapat dengan cara yang baik, hal ini akan menjadi modal besar untuk ke depannya.
Intuisi Anda yang berkata
Saat berhubungan dengan seorang pria, Anda tiba-tiba merasa begitu yakin dia adalah calon yang tepat untuk membina rumah tangga. Intuisi atau insting terkadang memang bisa berperan banyak dalam percintaan. Ini telah dibuktikan oleh peneliti dari University College London, yang menemukan bahwa area yang bertanggung jawab terhadap intuisi terlihat aktif pada pasangan yang sedang dimabuk cinta. Menurut pakar, ketika Anda merasa bahwa si dia adalah teman hidup yang tepat, itu adalah suatu bentuk ekspresi bawah sadar Anda. Pikiran bawah sadar Anda selama ini telah mengumpulkan pengalaman yang telah Anda lalui bersama pria-pria lain, menyortirnya, dan menemukan semacam tolak ukur yang menentukan pria seperti apa yang pas untuk Anda. Nah, begitu semuanya muncul ke permukaan, Anda hanya perlu memercayainya.

Bermain Piano Demi Mengasah Otak Anak

Ghiboo.com - Piano menjadi salah satu jenis alat musik yang baik untuk meningkatkan kemampuan otak.
Para peneliti di University College London dan University of Newcastle menemukan adanya perubahan struktural otak pada pemain piano profesional.
Menggunakan scan otak, peneliti melihat terjadinya perubahan pada materi daerah abu-abu (sel-sel saraf di mana mengolah informasi) dan materi abu-abu (hubungan antara sel-sel) dalam hippocampus, sebuah area di otak yang mengatur memori dan navigasi.
Perubahan yang terjadi pada otak tidak berkaitan dengan usia atau keahlian bermusiknya. Nmaun, lebih berkaitan dengan seberapa lama seseorang memainkan piano.
Penelitian sebelumnya dari Northwestern University baru-baru ini juga telah menunjukkan manfaat bermain alat musik bagi otak.
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa belajar bermain musik di usia masih kecil berkontribusi pada pendengaran yang menjadi lebih baik di usia tua dan meningkatkan kemampuan belajar seumur hidup.

Saturday, August 4, 2012

Kiat Mengatasi Persaingan Kakak-Adik

Adik-kakak bertengkar? Berikan permainan yang melibatkan keduanya.

Persaingan adik kakak kerap membuat khawatir orangtua. Dalam bebeapa kasus, persaingan ini kerap dibumbui perilaku buruk anak. Dari berteriak, bertengkar, bahkan sampai melakukan kontak fisik seperti memukul, mencubit, dan sebagainya.

Inilah kondisi yang kerap dialami keluarga dengan dua anak atau lebih. Persaingan saudara kandung ini biasanya terjadi pada adik kakak yang tak terpaut jauh antara 1-3 tahun, baik berjenis kelamin sama atau berbeda.

Prita Pratiwi SPsi, MPsi, psikolog dari Biro Konsultasi Psikologi Dwipayana, Bandung menyarankan agar orangtua melakukan beberapa hal berikut untuk mengatasi persaingan adik kakak:

Do's
1. Ketika kakak iri dengan adiknya yang masih bayi. Berikan kesempatan kepada kakak menjadi bayi selama satu hari. Berikan ke kakak makanan yang sama dengan adiknya. Jika kakak ingin makan makanan kesukaannya, katakan, "Adik bayi tidak makan nuget, tapi makan bubur dicampur dengan hati ayam," Demikian juga dengan aktivitas permainan. "Adik bayi belum bisa main sepeda roda tiga, jadi kamu hanya bermain di dalam rumah. Sambil memberikan permainan yang biasa dimainkan oleh bayi. Lama kelamaan, anak akan merasa bosan dan tidak mau menjadi bayi kembali.

2. Berikan perhatian yang sama pada si prasekolah. Ajak anggota keluarga di lingkungan rumah untuk memberikan perhatian yang sama pada si prasekolah, sehingga anak merasa tidak terjadi perubahan mencolok. Misal, bila membawa bingkisan untuk bayi, alangkah baiknya siapkan pula hadiah untuk si prasekolah.

Don'ts
1. Membanding-bandingkan kemampuan anak. Baik secara langsung maupun tidak langsung. Ini akan memicu konflik semakin tajam.
2. Bila terjadi konflik, langsung membela salah satu anak. Sebaiknya cobalah unruk mwncermati kasus yang terjadi. Misalnya, kakak bertengkar dengan adik karena adik ingin meminjam mainan milik kakaknya. Jangan langsung mengatakan, "Kakak, ayo pinjamkan. Kakak lebih besar jadi harus mengalah." Mintalah mereka untuk memainkan permainan tersebut secara bergantian.

(Tabloid Nakita/Utami Sri Rahayu)

Sumber : KOMPAS.com

Mengapa Si Kakak Merasa Tersaingi?

Berikan perhatian berimbang pada si kakak juga adik, agar anak tak memiliki kecenderungan membangkang.

Di usia prasekolah, anak bisa terlibat dalam persaingan dengan adiknya yang masih bayi atau batita. Apa penyebabnya?

1. Butuh pengakuan.
Di usia 3-5 tahun, anak sudah memiliki keinginan untuk berprestasi. Dia merasa lebih bisa, lebih mampu, lebih pintar dibandingkan adik atau kakaknya, dan butuh mendapatkan pengakuan untuk itu. Si prasekolah pun tahu prestasi akan membuatnya mendapat penghargaan (berupa pujian atau hadiah) sehingga makin memacunya untuk bersaing dengan si adik.

2. Tak mau kalah.
Anak tak mau kalah. Perilaku tersebut muncul karena anak ingin mendapat perhatian dari "lingkungan" di sekitarnya. Rasa tidak mau kalah ini akan menguat ketika orang yang dianggap "saingan" adalah orang yang paling dekat dengan dirinya, termasuk sang adik.

3. Porsi perhatian yang jauh berkurang.
Bila sebelumnya kakak mendapatkan perhatian cukup deras, seiring dengan kehadiran adik (bayi), perhatian itu lambat laun surut karena terbagi. Ketidaknyamanan itulah yang memunculkan konflik adik dan kakak. Kakak menganggap, adiklah biang keladi yang membuat curahan perhatian orangtua dan lingkungan terhadapnya berkurang.

4. Sikap orangtua.
Terkadang kesibukan mengurus si kecil yang masih bayi, membuat orangtua tidak memberi perhatian cukup pada kakak. Atau saat terjadi konflik pada anak yang lebih besar (kakak prasekolah dengan adiknya batita), orangtua selalu membela adik tanpa memahami kondisi yang sebenarnya terjadi. Perlakuan orangtua kerap membanding-bandingkan. "Tuh, lihat Adik enggak susah kalau disuruh makan, enggak seperti kamu" Sikap seperti ini justru memperparah persaingan antarsaudara kandung ini.

(Tabloid Nakita/Utami Sri Rahayu)

Sumber : KOMPAS.com

Makan Apel Harusnya dengan Kulitnya

Agar anak mau makan apel bersama kulitnya, coba sajikan apel dalam irisan yang tipis

Apel memang diketahui banyak mengandung vitamin, seperti vitamin C, dan antioksidan yang berguna untuk tubuh. Menurut ahli gizi Emilia E. Achmadi, MSc, kandungan vitamin dan antioksidan pada apel paling banyak terdapat dalam kulitnya. "Sayangnya, saat ini banyak orang yang makan buah ini dengan cara mengupas kulitnya karena ketakutan akan lapisan lilin pada apel," tukas Emilia, dalam acara Healthy Fasting With Fruits di Hotel Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Senin (23/7/2012) lalu.

Jika orang dewasa enggan melahap apel secara utuh karena mengkhawatirkan lapisan lilinnya, anak-anak menolak mengunyah apel bersama kulitnya karena kulit apel memang terasa agak liat (keras) dan sulit digigit. Padahal, menyantap apel tanpa kulit akan menghilangkan sebagian besar manfaat apel bagi kesehatan.

Maka, untuk mendapatkan aneka manfaat dari apel, sebagai orang tua Anda harus kreatif dalam menyajikan buah apel ini.

"Usahakan untuk menyajikan apel dalam kondisi segar dan jangan dimasak, agar vitaminnya tidak hilang karena proses oksidasi dan pemasakan," jelasnya.

Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk menyiasati agar anak mau makan apel bersama dengan kulitnya adalah dengan menyajikan apel dalam potongan-potongan yang tipis. Potongan tipis buah dan kulit apel ini akan membuat apel terasa renyah dan kulitnya tidak terasa keras, namun tetap mendapatkan manfaat dan vitamin di dalamnya.

Potongan tipis ini bisa diberikan untuk anak-anak yang enggan makan buah, namun dalam usia yang sudah cukup besar atau usia sekolah. Yang harus diingat adalah, metode ini kurang cocok diterapkan pada anak usia 1-2 tahun.

"Saat anak masih kecil dan giginya masih belum kuat, maka tidak masalah jika apel ini harus dikupas. Kulit apel belum bisa dihancurkan oleh gigi balita. Jika dipaksakan, salah-salah malah mengganggu pencernaannya," ujar Emilia.

Sumber : KOMPAS.com