Pages

Monday, October 31, 2011

3 Saran Keliru yang Sering Diterima Saat Hamil

KOMPAS.com - Ketika hamil, sepertinya bukan Anda saja yang merasa bahagia. Orang-orang di sekitar Anda juga ikut merasakannya. Mereka akan mencurahkan perhatian lebih banyak terhadap Anda. Salah satunya dengan memberikan berbagai saran baik supaya Anda tetap sehat dan bahagia selama kehamilan, serta bisa melahirkan bayi yang juga sehat pada akhirnya. Sayangnya, tidak semua saran itu sepenuhnya benar. Berikut beberapa contohnya:

1. Hamil = Makan untuk dua orang
Memang benar, saat hamil Anda akan makan untuk diri sendiri dan juga bayi yang ada di kandungan. Namun, bukan berarti Anda lantas boleh makan banyak dengan porsi untuk dua orang, ya. Ada yang lebih penting daripada sekadar porsi makanan, yaitu pilihan makanan yang kaya nutrisi, sehingga semuanya akan bermanfaat bagi Anda dan bayi. Dengan pilihan makanan yang tepat, otomatis berat badan Anda selama hamil tidak akan melonjak secara gila-gilaan. Apalagi, para ahli sebenarnya "hanya" mengizinkan kenaikan sebesar 11-15 kg saja selama kehamilan. Sebab, berat badan yang naik terlalu banyak akan membuat Anda lebih berisiko mengalami tekanan darah tinggi, sehingga akan berbahaya terhadap jabang bayi yang dikandung dan juga proses kelahirannya nanti.

2. Hamil = Harus banyak beristirahat
Selagi hamil, ada beberapa aktivitas fisik yang mungkin perlu Anda kurangi. Namun, bukan berarti Anda lantas hanya tidur-tiduran di rumah atau duduk-duduk saja di kantor. Para dokter tetap menganjurkan Anda untuk banyak bergerak (namun tidak lewat olahraga berintensitas tinggi). Tujuannya agar bisa mencegah kenaikan berat badan berlebihan, membantu tidur lebih nyenyak, serta mengurangi masalah-masalah lain yang sering muncul selama kehamilan, seperti nyeri pinggang, bengkak, dan sembelit. Karena itu, cobalah mendiskusikan rencana latihan Anda dengan dokter agar hasilnya dapat bermanfaat sekaligus tidak membahayakan Anda selama kehamilan.

3. Hamil = Harus banyak minum susu
Asupan kalsium sebanyak 1.000 mg per hari dapat membantu memperkuat tulang. Sehari-harinya, kita jarang bisa mencukupi angka ini. Sementara begitu hamil, kebutuhan kalsum kita juga ikut meningkat. Itu sebabnya, Anda mulai menambah asupannya dengan minum susu tinggi kalsium. Ini tidak salah, namun sebenarnya ada cara lain yang bisa membantu kita untuk mencapainya. Yaitu dengan menyantap berbagai makanan alami yang juga kaya kalsium. Kita bisa mendapatkannya dari sayur-sayuran berwarna hijau tua, ikan, serta buah-buahan. Jadi, tidak hanya dengan susu, ya!



Sumber: Eating Well

3 Aturan Memberikan Uang Saku untuk Anak

KOMPAS.com - Ketika anak mulai sekolah tanpa ditemani orangtuanya, biasanya mereka sudah dibekali uang jajan. Jadi jika istirahat siang, ada les sepulang sekolah, orangtua tak perlu membawakan makanan karena anak bisa membeli makanan sendiri di kantin sekolah. Namun gunanya memberikan uang jajan pada anak sebenarnya tidak hanya agar anak tidak kelaparan di sekolah. Kebanyakan pakar keuangan sepakat bahwa anak perlu diberi uang saku agar dapat belajar mengelola keuangan sejak dini.

"Memberikan uang saku pada anak akan menjadi sarana manajemen keuangan terbaik yang bisa Anda terapkan pada anak," ujar Janet Bodnar, wakil pemimpin redaksi kanal Personal Finance di Kiplinger. Ia tak khawatir anak akan menghambur-hamburkan uang. "Ketika uang itu milik mereka, anak-anak akan membuat keputusan pembelian yang lebih tepat."

Lalu, bagaimana agar pemberian uang saku ini dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh anak? Kebutuhan dan kemampuan setiap anak tentu berbeda, namun Bodnar memberikan beberapa rambunya.

Kapan harus memberikan uang jajan?
Begitu anak mampu mengekspresikan keinginannya dalam hal-hal yang bersifat materi, itulah saat Anda perlu memberikan uang saku untuknya. Uang dapat diberikan saat usia anak sekitar 3-5 tahun, tergantung kondisinya. Bodnar mengatakan, kesalahan pertama yang dilakukan para orangtua adalah terlambat mengawali kebiasaan ini. Umumnya orangtua akan menunggu sampai anak memasuki "pra ABG", sekitar usia 8-10 tahun, sehingga kehilangan kesempatan untuk membahas masalah keuangan dengan anak-anak yang masih mau mendengarkan nasihat orangtuanya. Ketika anak mulai ABG, mereka sudah mendapat banyak pengaruh dari luar, seperti teman-teman, iklan, dan tentunya media, sehingga lebih sulit diarahkan.

Jangan terlalu sedikit
Setiap orangtua tentu berhati-hati untuk tidak memberikan terlalu banyak uang pada anak. Mereka khawatir anak akan terbiasa mendapatkan apapun yang diinginkannya, sehingga tidak menghargai uang. Apalagi pada anak yang masih kecil, tentunya ia belum mengerti uang sehingga dikhawatirkan akan menyia-nyiakan uangnya.

Berapa besar uang saku yang harus diberikan, sebenarnya tidak ada kaitannya dengan usia anak. Anda juga tidak perlu mengambil patokan jumlah yang diberikan orangtua lain untuk anaknya. Bagaimana pun, penghasilan tiap keluarga berbeda, dan kebutuhan anak pun berbeda. Berikan sejumlah uang berdasarkan apa yang Anda harapkan dilakukan oleh anak dengan uangnya. Apakah uang itu hanya digunakan untuk membeli makanan selama di sekolah, ataukah untuk memenuhi semua kebutuhannya, seperti saat jalan-jalan di mall bersama teman-temannya, membeli hadiah untuk ulang tahun temannya, untuk transportasi, membeli pulsa, dan lain sebagainya?

Maka, besarnya uang saku bisa Anda sesuaikan dengan kebutuhannya tersebut. Di sinilah Anda dapat mengajarkan anak untuk mengatur keuangan. Jika Anda memberikan uang saku mingguan, katakan bahwa uang tersebut harus digunakan untuk keperluan seminggu. Anda tak akan memberikan uang lagi jika anak sudah menghabiskan jatahnya sebelum jatuh satu minggu.

Jangan dijadikan imbalan untuk suatu kewajibannya
Kadang-kadang orangtua mengiming-imingi anak uang jika anak mau melakukan kewajibannya mengerjakan tugas-tugas rumah tangga. Namun banyak pakar keuangan kurang sepakat dengan pendekatan semacam ini. "Saran saya, pisahkan uang saku dari pekerjaan rumah tangga. Dengan cara itu, anak-anak akan memelajari nilai kerja sama dan pengalaman dalam keluarga," kata Aletha Solter, psikolog perkembangan dan pendiri Aware Parenting Institute di Goleta, California.

Perlu dipertimbangkan, saat ini anak-anak kerap menerima uang jajan tambahan, entah dari paman-bibinya, atau dari "bisnis" kecil-kecilan yang dilakukan dengan teman sekolahnya (misalnya dari hasil meminjamkan buku-buku komiknya). Karena merasa sudah tidak bergantung lagi dengan uang pemberian orangtuanya, mereka bisa saja menolak melakukan tugas menyapu atau mencuci piring di rumah.

* Ingin mengetahui problema ibu bekerja, tips gaya dan menjaga kebugaran, baca Lipsus Working Mom.



Sumber: MSN Money

Anak-anak Susah Bedakan Obat dengan Permen

AN Uyung Pramudiarja - detikHealth





Ilustrasi (foto: Thinkstock)Jakarta, Dalam tiap kemasan obat selalu ada peringatan untuk menjauhkannya dari jangkauan anak-anak. Peringatan ini penting untuk diindahkan, sebab menurut penelitian 1 dari 4 anak usia Taman Kanak-kanak tidak bisa membedakan permen dengan obat.

Angka ini merupakan hasil penelitian seorang remaja asal Ohio, Amerika Serikat, Casey Gittelman (12 tahun). Meski dilakukan oleh seorang remaja, namun penelitian tersebut telah dipresentasikan dalam forum American Academy of Pediatrics di Boston belum lama ini.

Dalam penelitian itu, Gittelman mencampur 20 jenis permen dan obat dalam 1 kotak. Ia lalu meminta 30 murid Taman Kanak-kanak untuk memisahkan antara permen dan obat, lalu sebagai pembandingnya ia juga meminta 30 orang guru Taman Kanak-kanak untuk melakukan hal yang sama.

"Saya tidak terlalu terkejut ketika anak-anak itu tidak bisa membedakan obat dengan permen, tapi kalau gurunya juga tidak bisa itu mengejutkan. Saya pikir orang dewasa selalu bisa membedakan karena punya lebih banyak pengalaman dengan obat-obatan," ungkap Gittelman.

Hasil pengamatan Gittelman memang menunjukkan, 1 dari 4 murid Taman Kanak-kanak mengalami kesulitan membedakan permen dengan obat. Namun yang lebih mengejutkan, guru Taman Kanak-kanak yang terlibat dalam penelitian juga tidak 100 persen benar dalam memisahkannya.

Menurut catatan Gittelman, obat yang sering dikira permen umumnya berbentuk bulat, mengkilat karena diberi lapisan khusus dan tidak diberi tanda atau cap yang menandakan bahwa itu adalah obat. Gittelman menyarankan, perusahaan obat sebaiknya menghindari kemiripan desain dengan permen.

Sementara itu menurut data dari American Association of Poison Control Center di Amerika Serikat, kasus keracunan obat pada anak cenderung makin meningkat. Antara tahun 2001 hingga 2008 saja, jumlah kasus anak keracunan obat lalu dilarikan ke rumah sakit meningkat 30 persen.

Kebanyakan dari anak-anak tersebut menelan obat yang seharusnya untuk orang lain. Mungkin karena warna-warninya cukup menarik perhatian dan apalagi sebagian ada yang dilapis gula, anak-anak mengiranya permen lalu memakannya dan akibatnya jadi keracunan.

Menurut data yang dipublikasikan di jurnal Pediatric tersebut, jenis obat yang sering menyebabkan anak keracunan adalah obat-obat yang hampir selalu tersedia di rumah. Di antaranya obat tidur, pereda nyeri golongan opioid, obat jantung, obat diabetes, obat flu, aspirin dan asetaminofen.

"Opioid adalah sedatif (obat penenang) yang kuat, jika dikonsumsi dalam jumlah banyak efeknya bermacam-macam mulai dari tertidur hingga koma," ungkap Dr Michael Lanigan, penanggung jawab Unit Gawat Darurat di SUNY Downstate New York, seperti dikutip dari Foxnews, Senin (31/10/2011).

Saturday, October 29, 2011

6 Kebiasaan agar Anak Mau Makan Sehat

KOMPAS.com — Kebiasaan makan dibentuk sejak dini. Anda bisa melakukan kebiasaan baik di rumah agar anak tak lagi menolak makan makanan sehat. Cara ini bisa Anda lakukan agar anak mau makan sayur, buah, daging dan ikan, serta berbagai asupan sehat lainnya yang diperlukan untuk tumbuh kembangnya.

1. Perhatikan persediaan di lemari penyimpanan makan dan lemari pendingin.
Apa pun yang ada di kedua tempat tersebut akan memengaruhi pola makan seluruh keluarga, termasuk si kecil. Hindari camilan tinggi lemak, asin, dan manis di dalam persediaan.

Pilih makanan seperti buah-buahan dan sayuran untuk disimpan, khususnya makanan yang mudah dibawa dan dimakan, seperti apel, pisang, dan wortel kecil. Pilih bahan makanan yang segar karena buah dan sayur rasanya lebih renyah dengan manis alami. Makanan lain yang sehat adalah yoghurt tanpa lemak, selai kacang alami, biskuit whole-grain, serta susu rendah lemak.

2. Ajak si kecil berbelanja.
Melibatkan di kecil kala berbelanja dapat sekaligus menunjukkan bagaimana ibu memilih bahan-bahan makanan sehat. Bila perlu, buat daftar makanan sehat yang akan dibeli sebelum berbelanja. Jika anak mengambil makanan lain saat berbelanja, tunjukkan kembali daftar makanan sehat tadi. Jika makanan pilihan anak tersebut tidak ada dalam daftar makanan sehat keluarga.

3. Membuat kudapan sendiri di rumah.
Di usia pertumbuhannya, anak membutuhkan tiga kali makan besar ditambah dua kali makanan selingan (camilan atau kudapan). Sediakan atau masak selalu camilan sehat di rumah seperti potongan buah segar, puding berkadar gula rendah, lumpia isi sayuran, atau burger tempe.

4. Variasikan hidangan yang disediakan.
Orangtua harus kreatif mencoba resep baru. Ini sekaligus trik untuk "menyembunyikan" bahan makanan yang tidak disukai anak dengan cara mencampurnya atau mengolahnya menjadi masakan atau kudapan menarik. Misal, mencampurkan wortel dalam adonan siomai atau memblender bayam dan mencampurkannya dalam adonan bakso.

Selanjutnya, sajikan makanan secara menarik, seperti mencetak wortel berbentuk panda atau bentuk lain kesukaannya, menghias puding dengan cokelat bertuliskan namanya, dan sebagainya. Orangtua juga disarankan untuk menyajikan pilihan makanan yang dikukus atau direbus daripada digoreng atau dibakar.

Selain itu, jangan lupakan asupan kalsium dan zat mineral lainnya. Pada masa pertumbuhan, anak-anak membutuhkan kalsium. Zat ini bisa diperoleh melalui keju. Contoh, tambahkan lembaran keju tapi rendah lemak, ke dalam omelet sarapannya. Atau mencampur ikan asin dalam nasi goreng kesukaannya. Intinya, pandai-pandailah berkreasi agar kebutuhan vitamin dan mineral di kecil terpenuhi.

5. Ingatkan untuk mengonsumsi minuman dan cairan yang cukup.
Rata-rata setiap orang memiliki 60 persen air dari berat tubuhnya karena semua sistem di dalam tubuh bergantung pada air. Air akan membilas racun dari organ vital, membawa nutrisi ke sel tubuh, serta menghasilkan kelembapan bagi jaringan telinga, hidung, dan tenggorokan.

Kurangnya air di dalam tubuh dapat menyebabkan dehidrasi, yaitu keadaan yang timbul karena tubuh kekurangan air sehingga tidak dapat menjalankan fungsi normalnya. Oleh sebab itu, anjurkan si kecil minum 10-12 gelas air per hari. Tambahkan dengan jus buah di setiap waktu makan selingannya.

6. Tepati jam makan.
Disiplin waktu makan akan mendidik anak untuk hanya makan saat lapar bukan "lapar mata". Kebiasaan baik menerapkan kedisiplinan waktu makan mencegah anak untuk ingin ngemil di sembarang waktu.

Bila waktu makan tiba, minta seluruh anggota keluarga untuk berkumpul di meja makan. Jadikan makan bersama keluarga sebagai acara yang menyenangkan. Kesempatan makan bersama ini juga menjadi ajang orangtua memberikan contoh etiket makan.

Misal, mengajari si kecil mengambil porsi makan yang masuk akal, cukup 1-2 centong nasi, sepotong daging atau lauk disertai semangkuk sayur. Anak akan merekam kebiasaan makan ini melalui cara orangtuanya makan di meja makan.

(Tabloid Nakita/Marfuah Panji Astuti, Dedeh Kurniasih)

Saturday, October 22, 2011

Mengenal Difteri Lebih Dekat

KOMPAS.com - Penyakit Difteri saat ini menjadi momok menakutkan bagi masyarakat di Jawa Timur. Betapa tidak, sejak Januari hingga sekarang, ada 328 orang yang terkena difteri di Jawa Timur. Sebagian besar adalah anak-anak. Dari jumlah itu, 11 orang meninggal dunia.
Penyakit ini memang terdengar masih asing di telinga kita. Oleh karena itu, untuk mengetahui lebih dalam tentang penyakit tersebut, berikut adalah kupasan lengkapnya dari MayoClinic.
Difteri adalah infeksi bakteri yang bersumber dari Corynebacterium diphtheriae, yang biasanya mempengaruhi selaput lendir dan tenggorokan. Difteri umumnya menyebabkan sakit tenggorokan, demam, kelenjar bengkak, dan lemas. Dalam tahap lanjut, difteri bisa menyebabkan kerusakan pada jantung, ginjal dan sistem saraf. Kondisi seperti itu pada akhirnya bisa berakibat sangat fatal dan berujung pada kematian.
Tanda dan gejala
Tanda dan gejala difteri meliputi, sakit tenggorokan dan suara serak, nyeri saat menelan, pembengkakan kelenjar (kelenjar getah bening membesar) di leher, dan terbentuknya sebuah membran tebal abu-abu menutupi tenggorokan dan amandel, sulit bernapas atau napas cepat, demam, dan menggigil.
Tanda dan gejala biasanya mulai muncul 2-5 hari setelah seseorang menjadi terinfeksi. Orang yang terinfeksi C. Diphtheria seringkali tidak merasakan sesuatu atau tidak ada tanda-tanda dan gejala sama sekali.
Orang yang terinfeksi namun tidak menyadarinya dikenal sebagai carier (pembawa) difteri. Sumber penularan penyakit difteri ini adalah manusia, baik sebagai penderita maupun sebagai carier.
Tipe kedua dari difteri dapat mempengaruhi kulit, menyebabkan nyeri kemerahan, dan bengkak yang khas terkait dengan infeksi bakteri kulit lainnya. Sementara itu pada kasus yang jarang, infeksi difteri juga mempengaruhi mata.
Penularan
Bakteri C.diphtheriae dapat menyebar melalui tiga rute:
* Bersin: Ketika orang yang terinfeksi bersin atau batuk, mereka akan melepaskan uap air yang terkontaminasi dan memungkinkan orang di sekitarnya terpapar bakteri tersebut.
* Kontaminasi barang pribadi: Penularan difteri bisa berasal dari barang-barang pribadi seperti gelas yang belum dicuci.
* Barang rumah tangga: Dalam kasus yang jarang, difteri menyebar melalui barang-barang rumah tangga yang biasanya dipakai secara bersamaan, seperti handuk atau mainan.
Selain itu, Anda juga dapat terkontaminasi bakteri berbahaya tersebut apabila menyentuh luka orang yang sudah terinfeksi. Orang yang telah terinfeksi bakteri difteri dan belum diobati dapat menginfeksi orang nonimmunized selama enam minggu - bahkan jika mereka tidak menunjukkan gejala apapun.
Faktor risiko
Orang-orang yang berada pada risiko tertular difteri meliputi:
Anak-anak dan orang dewasa yang tidak mendapatkan imunisasi terbaru
Orang yang hidup dalam kondisi tempat tingal penuh sesak atau tidak sehat
Orang yang memiliki gangguan sistem kekebalan
Siapapun yang bepergian ke tempat atau daerah endemik difteri
Difteri jarang terjadi di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa, karena telah mewajibkan imunisasi pada anak-anak selama beberapa dekade. Namun, difteri masih sering ditemukan pada negara-negara berkembang di mana tingkat imunisasinya masih rendah seperti halnya yang saat ini terjadi di Jawa timur.
Komplikasi
Jika tidak diobati, difteri dapat menyebabkan:
* Gangguan pernapasan
C. Diphtheriae dapat menghasilkan racun yang menginfeksi jaringan di daerah hidung dan tenggorokan. Infeksi tersebut menghasilkan membaran putih keabu-abuan (psedomembrane) terdiri dari membran sel-sel mati, bakteri dan zat lainnya. Membran ini dapat menghambat pernapasan.
* Kerusakan jantung
Toksin (racun) difteri dapat menyebar melalui aliran darah dan merusak jaringan lain dalam tubuh Anda, seperti otot jantung, sehingga menyebabkan komplikasi seperti radang pada otot jantung (miokarditis). Kerusakan jantung akibat miokarditis muncul sebagai kelainan ringan pada elektrokardiogram yang menyebabkan gagal jantung kongestif dan kematian mendadak.
* Kerusakan saraf
Toksin juga dapat menyebabkan kerusakan saraf khususnya pada tenggorokan, di mana konduksi saraf yang buruk dapat menyebabkan kesulitan menelan. Bahkan saraf pada lengan dan kaki juga bisa meradang yang menyebabkan otot menjadi lemah. Jika racun ini merusak otot-otot kontrol yang digunakan untuk bernapas, maka otot-otot ini dapat menjadi lumpuh. Kalau sudah seperti itu, maka diperlukan alat bantu napas.
Dengan pengobatan, kebanyakan orang dengan difteri dapat bertahan dari komplikasi ini, namun pemulihannya akan berjalan lama.
Perawatan dan obat-obatan
Difteri adalah penyakit yang serius. Para ahli di Mayo Clinic, memaparkan, ada beberapa upaya pengobatan yang dapat dilakukan diantaranya:
* Pemberian antitoksin: Setelah dokter memastikan diagnosa awal difteri, anak yang terinfeksi atau orang dewasa harus menerima suatu antitoksin. Antitoksin itu disuntikkan ke pembuluh darah atau otot untuk menetralkan toksin difteri yang sudah terkontaminasi dalam tubuh.
Sebelum memberikan antitoksin, dokter mungkin melakukan tes alergi kulit untuk memastikan bahwa orang yang terinfeksi tidak memiliki alergi terhadap antitoksin. Dokter awalnya akan memberikan dosis kecil dari antitoksin dan kemudian secara bertahap meningkatkan dosisnya.
* Antibiotik: Difteri juga dapat diobati dengan antibiotik, seperti penisilin atau eritromisin. Antibiotik membantu membunuh bakteri di dalam tubuh dan membersihkan infeksi. Anak-anak dan orang dewasa yang telah terinfeksi difteri dianjurkan untuk menjalani perawatan di rumah sakit untuk perawatan.
Mereka mungkin akan diisolasi di unit perawatan intensif karena difteri dapat menyebar dengan mudah ke orang sekitar terutama yang tidak mendapatkan imunisasi penyakit ini.
Pencegahan
Jika Anda telah terpapar orang yang terinfeksi difteri, segeralah pergi ke dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan. Dokter mungkin akan memberi Anda resep antibiotik untuk mencegah infeksi penyakit itu.
Di samping juga pemberian vaksin difteri dengan dosis yang lebih banyak. Pemberian antibiotik juga diperlukan bagi mereka yang diketahui sebagai carrier (pembawa) difteri.
Difteri adalah penyakit yang umum pada anak-anak. Penyakit ini tidak hanya dapat diobati tetapi juga dapat dicegah dengan vaksin. Vaksin difteri biasanya dikombinasikan dengan vaksin untuk tetanus dan pertusis, yang dikenal sebagai vaksin difteri, tetanus dan pertusis.
Versi terbaru dari vaksin ini dikenal sebagai vaksin DTaP untuk anak-anak dan vaksin Tdap untuk remaja dan dewasa. Pemberian vaksinasi sudah dapat dilakukan saat masih bayi dengan lima tahapan yakni, 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, 12-18 bulan dan 4-6 tahun.
Vaksin difteri sangat efektif untuk mencegah difteri. Tapi pada beberapa anak mungkin akan mengalami efek samping seperti demam, rewel, mengantuk atau nyeri pasca pemberian vaksin. Pemberian vaksin DTaP pada anak jarang menyebabkan komplikasi serius, seperti reaksi alergi (gatal-gatal atau ruam berkembang hanya dalam beberapa menit pasca injeksi), kejang atau shock. Untuk beberapa anak dengan gangguan otak progresif - tidak dapat menerima vaksin DTaP.

Mengenal Penyebab Mengompol

KOMPAS.com - Ngompol secara medis dikenal dengan sebutan enuresis. Umumnya, enuresis terjadi pada anak-anak, tetapi bisa juga terjadi pada orang dewasa. Hanya saja, pada orang dewasa lebih lazim disebut urinary incontinence.
Pada anak-anak, mengompol adalah bagian dari pertumbuhannya. Anak sedang berlatih untuk mengontrol kandung kencing serta otot-otot serta saraf-saraf kencing. Mengompol sering terjadi pada masa "tatur" dimana anak sedang belajar untuk kencing di toilet. Bahkan mengompol baru dianggap sebagai suatu masalah jika terjadi setelah usia 7 tahun.
Ada dua jenis enuresis pada anak, primer dan sekunder. Primer jika anak memang masih terus mengompol sekurangnya dua kali seminggu. Termasuk sekunder, jika sempat terdapat periode "kering" sekurangnya enam bulan hingga mengompol kembali.
Penyebab
Keterlambatan proses pematangan, di mana kemampuan untuk mengontrol kandung kencing belum matang sempurna merupakan salah satu penyebab mengompol. Anak mengompol bisa juga disebabkan karena ia tak terbangun saat kandung kencing sudah penuh. Ini bisa berkaitan dengan gangguan tidur seperti sleep apnea (mendengkur) atau gangguan-gangguan tidur lain yang menyebabkan proses tidur terpotong-potong.
Mengompol juga keturunan lho! Pada orang tua yang keduanya punya riwayat mengompol, angka kejadian mengompol pada anak 74 persen. Sedangkan pada orang tua yang salah satunya saja yang mengompol di waktu kecil, angka kejadiannya adalah 44%. Bandingkan pada orang tua yang keduanya tak mengompol, kejadiannya hanya 15%.
Enuresis juga lebih sering dialami oleh anak dengan ADHD atau anak-anak dengan keterlambatan perkembangan. Pada beberapa kasus yang jarang, ditemukan juga mengompol yang disebabkan oleh rendahnya kadar vasopresin. Vasopresin adalah hormon anti-diuretik yang artinya berefek menekan produksi kencing. Dengan rendahnya vasopresin, produksi urine bisa dipastikan jadi berlebihan.
Enuresis sekunder bisa menjadi gejala dari adanya penyakit. Misalkan diabetes, infeksi saluran kencing, gangguan sistem saraf, tekanan psikologis atau mendengkur.
Jika anak mengompol
Pahami bahwa ini terjadi diluar kehendaknya. Tak ada gunanya menghukum anak Anda. Biasanya mengompol terjadi pada 2 jam awal tidur. Cara terbaik mencegahnya adalah dengan membiasakannya untuk kencing terlebih dahulu sebelum tidur.
Pengaturan asupan cairan juga penting. Biasakan untuk minum lebih banyak di siang hari, dan mulai kurangi cairan sebelum tidur. Berikut adalah tips-tipsnya :
1. Buat rutinitas ke kamar mandi sebelum tidur. Sertakan ritual sikat gigi, mencuci muka dan dilanjutkan dengan kencing terlebih dahulu.
2. Jika tahu jadwal mengompolnya, bangunkan putra/putri Anda untuk kencing. Beri dia penghargaan untuk setiap malam ia tidak mengompol!
3. Dorong dia untuk menjadi anak "besar" dan tidak perlu menggunakan pampers lagi.
4. Batasi minuman sebelum tidur.
5. Penting juga bagi orang tua untuk bersabar dan lebih memberi perhatian pada anak.
6. Jangan bicarakan tentang kebiasaanya membuat "peta" di ranjang kepada orang lain. Ini bisa membuatnya berkecil hati dan minder. Orang tua juga sebaiknya memperhatikan gejala-gejala lain yang mungkin berhubungan, mendengkur misalnya.
7. Anak yang mendengkur kemungkinan mengalami sleep apnea atau henti nafas saat tidur. Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa 8%-47% anak dengan sleep apnea juga mengompol. Di duga mendengkur akan menyebabkan reaksi berantai yang menyebabkan terganggunya sekresi hormon vasopresin. Penelitian lain juga menunjukkan bahwa 55%-77% kasus mengompol akan hilang setelah sleep apnea-nya dirawat.
dr Andreas Prasadja, RPSGT Praktisi Kesehatan Tidur, Sleep Disorder Clinic RS Mitra Kemayoran