Pages

Tuesday, November 8, 2011

Merencanakan Masa Depan Pendidikan Anak

KeluargaCerdas.com pernah membahas pentingnya merencanakan dana pendidikan, cara menghitung besarnya dana yang diperlukan, lama waktu pengumpulan dana hingga saatnya digunakan, serta pentingnya proteksi bagi pencari nafkah yang bekerja untuk pemenuhan dana pendidikan tersebut. Selain itu, telah disampaikan pula survei singkat biaya pendidikan di Jakarta. Juga beragam instrumen finansial seperti produk perbankan (tabungan pendidikan, deposito berjangka), asuransi pendidikan, produk pasar modal (reksa dana, obligasi ritel, dan saham), properti dan logam mulia. KC-ers bahkan bisa memanfaatkan hibah, waris, beasiswa, kredit pelajar guna mencapai target dana pendidikan.
Sekarang mari kita coba simulasikan bagaimana sih caranya merencanakan dana pendidikan anak.
1. Rencanakan dan tetapkan sekolah tujuan sekarang!
Sudah tau dong kalau merencanakan pemenuhan dana pendidikan sedini mungkin akan memberi waktu yang cukup panjang untuk mengumpulkan dana pendidikan. Untuk biaya pendidikan sarjana 17 tahun mendatang, mulailah menyisihkannya dari pendapatan bulanan sekarang juga jangan menunggu sekian tahun lagi karena setoran tiap bulannya akan makin besar.
Banyak pilihan sekolah lingkungan dan kota tempat kita tinggal hingga di luar kota bahkan di luar negeri. Sebagian orang tua bahkan memilih untuk memberikan pendidikan non-formal bagi anak-anaknya. Apapun pilihannya, ambillah keputusan segera dengan pertimbangan: kurikulum yang ditawarkan, metode pengajaran, fasilitas sekolah, kinerja sekolah dan anak didik, kedekatan lokasi sekolah dengan tempat tinggal, dan lain sebagainya. Namun ingat, pilihan sekolah yang sesuai dengan minat dan bakat anak ketika dewasa tentu harus diutamakan dan selalu didiskusikan bersama agar rencana pengumpulan dana dapat disesuaikan jika terjadi perubahan tujuan sekolah.
2. Hitung biaya yang dibutuhkan dan lama waktu pencapaian
KC-ers, carilah informasi sebanyak-banyaknya tentang biaya sekolah yang dituju. Biasanya menjadi perhatian adalah besarnya Uang Pangkal, karena dinilai besar jumlahnya. Padahal sekolah terbaik belum tentu meminta bayaran tinggi, tapi sekolah yang berbiaya murah biasanya cenderung ‘minimalis’ alias terbatas. Setelah mendapatkan informasi berapa biaya seluruhnya yang diperlukan, hitung lama waktu yang tersedia untuk mengumpulkan target dana. Dibawah ini adalah contoh besaran Uang Pangkal sekolah tahun 2008 dan simulasi perhitungannya kelak ketika tiba saatnya digunakan dengan asumsi inflasi biaya sekolah tiap tahunnya sebesar 15-20% dengan usia anak di tahun 2008 adalah satu tahun. Mengerikan? Tapi begitulah kenyataannya! Saya masih ingat 15-16 tahun yang lalu Uang Sekolah Bulanan saja di satu sekolah ternama di Jakarta selatan berkisar Rp 85 – 100 ribu per bulan. Ternyata sekarang telah mencapai Rp1 jutaan per bulan!
Tahap
Periode
Tahun
Usia
Waktu
Inflasi
UP Sekarang
UP Nanti
Jumlah Anak
KB
1
2011
3
2
20%
5,000,000
7,200,000
1
TK A
1
2012
4
3
20%
7,500,000
12,960,000
1
TK B
1
2013
5
4
20%
8,250,000
17,107,200
1
SD
6
2014
6
5
20%
8,250,000
20,528,640
1
SMP
3
2020
12
11
20%
12,000,000
89,161,004
1
SMA
3
2023
15
14
20%
11,000,000
141,231,031
1
S1 Lokal
4
2026
18
17
15%
100,000,000
1,076,126,400
1
S2 Lokal
2
2030
22
21
15%
85,000,000
1,599,829,030
1
Total UP





237,000,000
2,964,143,306

Sumber: Klub Keluarga Cerdas

Patut diingat, untuk horizon antara 1-5 tahun masuk kategori jangka pendek, 5-10 tahun kategori jangka menengah dan diatas 10 tahun kategori angka panjang. Untuk horizon pendek, tentu dana pendidikan akan segera digunakan, karenanya tempatkanlah pada produk investasi yang relatif aman dan likuid. Untuk horizon menengah dan panjang perlu ditempatkan pada instrumen investasi yang dapat memberi return lebih tinggi agar target dana dapat tercapai. Pastinya produk yang dipilih haruslah produk yang dapat dipahami dan sesuai dengan profil risiko masing-masing.
Di bawah ini adalah simulasi investasi melalui Reksa Dana guna mencapai target dana pendidikan anak. Jika usia anak dimulai dari nol, maka target uang pangkal pendidikan S1 & S2 adalah 17-21 tahun lagi. Asumsi dana “sekarang” sebesar Rp 100 juta &Rp 85 juta dimana “nanti” saat dibutuhkan menjadi sebesar Rp 1,08 miliar dan Rp 1,59 miliar. Karena itu dibutuhkan sejumlah Rp 524,740 per bulan selama 17-21 tahun untuk diivestasikan ke dalam Reksa Dana berbasis saham agresif.
Bandingkan jika KC-ers mulai dengan pokok investasi awal Rp 3 juta, dibutuhkan ‘hanya’ Rp 398,477 per bulan untuk mencapai tujuan serupa!

Alokasi Dana Pendidikan dari Rp 0,-
Investasi Bulanan
Target Return Reksa Dana
Reksa Dana Pasar Uang (KB, TKA, TKB, SD)
1,201,532
7%
Reksa Dana Saham Konservatif (SMP, SMA)
342,094
20%
Reksa Dana Saham Agresif (S1, S2)
524,740
25%
Total Investasi
2,068,366

Alokasi Dana Pendidikan dari Rp 3,000,000,-
Investasi Bulanan
Target Return Reksa Dana
Reksa Dana Pasar Uang (KB, TKA, TKB, SD)
843,341
7%
Reksa Dana Saham Konservatif (SMP, SMA)
235,515
20%
Reksa Dana Saham Agresif (S1, S2)
398,447
25%
Total Investasi
1,477,303

Sumber: Klub Keluarga Cerdas
3. Pentingnya proteksi bagi pencari nafkah
Tabel diatas sangatlah penting untuk membuka mata para orang tua bahwa dana pendidikan yang dibutuhkan seorang anak selama kira-kira 15 tahun bersekolah tidaklah sedikit. Dimulai dari jenjang KB (usia 3 tahun) sampai jenjang kuliah S1 (usia 18 tahun) adalah tenggang waktu pencapaian bagi orangtua memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anaknya. Dalam 15 tahun tenggang waktu pengumpulan dana pendidikan, pencari nafkah penting diproteksi atas risiko kehilangan jiwanya atau kecacatan.
Tak pernah bosan kami untuk selalu mengingatkan KC-ers akan pentingnya asuransi jiwa terutama bagi pencari nafkah. Jangan ditunda karena semakin muda kita memiliki proteksi ini, semakin murah premi yang harus dibayar.

Jadi KC-ers, upayakan yang terbaik untuk anak-anak kita! Masa depan ada di tangan mereka. An investment in knowledge always pays the best interest – Benjamin Franklin (copyright © 2009 KeluargaCerdas.com)

No comments:

Post a Comment