Pages

Tuesday, November 13, 2012

Terapi Sinusitis

Sinusitis merupakan peradangan pada rongga sinus. Kita memiliki 4 pasang sinus, yang terletak di dahi, di antara kedua mata, dan di sekitar tulang pipi. Normalnya sinus tidak terkontaminasi oleh bakteri. Sinusitis terjadi jika terjadi peradangan dalam sinus. Keadaan ini bertambah berat jika bakteri ikut campur dan mengubah keadaan radang menjadi infeksi.

Setiap sinus dilapisi oleh sel yang memproduksi lendir. Normalnya lendir akan didorong keluar oleh bulu-bulu kecil di bagian luar sel dan digiring ke luar melalui lubang keluar sinus menuju rongga hidung. Mekanisme inilah yang membuat lendir tidak menumpuk di rongga sinus sehingga sinus tetap dalam keadaan steril walaupun rongga hidung kita terpapar oleh berbagai bakteri.

Namun jika lubang keluar sinus mengalami sumbatan, atau bulu-bulu kecil yang bertugas ‘menyapu’ lendir mengalami kerusakan, maka lendir yang dihasilkan akan tertahan dalam rongga sinus. Lendir yang menumpuk ini dapat terinfeksi oleh berbagai patogen, seperti virus, bakteri, bahkan jamur.

Sebagian besar kasus sinusitis akut terjadi bersamaan dengan infeksi saluran pernafasan atas oleh virus. Gejala keduanya kadang sulit dibedakan. Walaupun sebagian besar pasien dengan common cold mengalami peradangan sinus, namun infeksi bakteri pada sinus (sinusitis bakterial) hanya terjadi pada 0,2-2% kasus.

Gejala yang biasanya timbul pada sinusitis adalah hidung berair, hidung mampet, nyeri wajah, wajah seperti tertekan, dan sakit kepala. Lendir hidung bersifat kental dan menjadi kuning-kehijauan. Gejala lain yang tidak spesifik untuk sinusitis adalah batuk, bersin, dan demam. Sakit gigi dan bau mulut berkaitan dengan sinusitis bakterial, dan biasanya terjadi pada gigi geraham atas.

Orang dengan sistem imun yang tidak baik, misalnya penderita HIV, dapat mengalami sinusitis akibat jamur. Gejala yang timbul biasanya berkaitan dengan efek penekanan sinus pada struktur di sekitarnya, antara lain pembengkakan rongga mata, penonjolan bola mata, kelopak mata tidak bisa dibuka sepenuhnya karena penekanan saraf, gangguan pergerakan bola mata, nyeri tekan pada rongga mata dan sekitarnya, dan mimisan.

Membedakan sinusitis akibat bakteri atau virus terkadang sulit dilakukan karena gejala klinis yang hampir sama. Salah satu yang dapat membantu adalah lamanya sinusitis berlangsung. Sinusitis bakteri jarang terjadi pada kasus dengan gejala yang berlangsung kurang dari 7 hari. Namun penilaian klinis oleh dokter mengenai riwayat penyakit, tingkat keparahan gejala, dan ada tidaknya penyakit penyerta dapat mengarahkan dokter ke penyebab sinusitis.

Sebagian besar pasien dengan sinusitis akut membaik tanpa terapi antibiotik. Terapi awal pada pasien dengan gejala ringan atau sedang kurang dari 7 hari adalah obat-obatan yang bertujuan untuk membantu drainase lendir dari rongga sinus, seperti dekongestan baik dalam bentuk oral (tablet) atau semprot hidung. Pasien yang tidak membaik setelah 7 hari atau yang mengalami gejala lebih berat tanpa melihat durasi penyakit dapat diberikan antibiotik.

Tatalaksana bedah dan pemberian antibiotik intravena (melalui pembuluh darah) biasanya dilakukan pada pasien dengan gejala yang sangat berat atau dengan komplikasi misalnya abses dalam otak, infeksi tulang tengkorak, atau keterlibatan rongga mata.

http://www.inspirasisehat.com/iliadin-healthy-guides/1012-terapi-sinusitis

No comments:

Post a Comment