Pages

Wednesday, January 18, 2012

KENALI MUNTAH PADA ANAK

Selain batuk, pilek dan demam, gejala penyakit lain yang sering mampir pada anak-anak adalah muntah dan diare. Semua ini gejala ya moms, belum penyakit. Tapi bisa jadi itu adalah pertanda dari suatu penyakit yang lebih kompleks.

Demam adalah gejala yang paling umum karena demam timbul sebagai mekanisme pertahanan melawan penyakit dan pertanda bahwa ada bibit penyakit yang sedang dilawan tubuh. Jadi kalau demam solusinya bukan seberapa cepat demam turun = sembuh, tapi harus dicari lagi apa yang menyebabkan timbulnya demam. Demikian pula batuk pilek yang menjadi gejala penyakit ISPA (infeksi saluran pernafasan atas) dan muntah/diare yang menjadi gejala penyakit yang berhubungan dengan pencernaan.

Pada muntah dan diare yang disebabkan oleh infeksi, muntah/diare bekerja sebagai mekanisme tubuh untuk mengeluarkan racun/penyakit. Karena itu memberhentikannya sebelum racun sepenuhnya bersih malah membahayakan. Racun jadi tidak punya jalan keluar dari tubuh secara cepat.

Yang perlu diperhatikan hanya menjaga supaya bayi/anak tidak mengalami dehidrasi karena terlalu banyak cairan yang kelur dibanding yang masuk. Perlu diketahui juga, bayi dan anak kecil lebih cepat mengalami dehidrasi karena kandungan air dalam tubuhnya lebih sedikit. Waspadai juga anak yang sehari-harinya lebih banyak minum susu ketimbang makanan padat. Mereka lebih cepat dehidrasi ketimbang anak yang pola makannya bagus, dan dehidrasinya cenderung lebih fatal.

Walaupun umumnya demikian, belum tentu lho muntah atau diare itu penyebabnya kuman penyakit. Bisa juga dari makanan (makanan basi, terlalu pedas, terlalu asam, dll), atau kondisi fisiologis.
Pada bayi di bawah 6 bulan, muntah (dan gumoh) kebanyakan disebabkan karena belum berkembangnya organ pencernaan. Ini akan mulai berkurang saat bayi mulai menginjak 4 bulan, dan tinggal 5% bayi 12 bulan yang masih mengalaminya.
Beberapa anak lebih mudah muntah ketimbang anak lain. Darris, anak pertama saya contohnya. Di masa bayinya, saat bayi lain gumoh satu dua sendok makan, dia muntah sekitar setengah cangkir atau lebih.

Memang nggak setiap habis menyusu dia muntah sih, tapi cukup sering. Dalam dua hari pasti minimal ada sekali muntahnya. Apalagi setelah saya lihat dua adiknya yang muntahnya bisa dibilang hanya ketika perutnya lagi nggak enak. Kondisi ini membaik seiring waktu, terutama sejak menginjak usia 3 tahun. Tapi dibanding yang nggak ‘bakat’, dia masih lebih gampang muntah. Misalnya pas menyuap makan terlalu banyak, dia bisa langsung muntah sementara Dellynn atau Devan cuman ‘huek’ tapi ngga sampai muntah.

Saat mulai belajar makan dan berkenalan dengan tekstur dan rasa, kadang bayi juga jadi lebih sering muntah. Ini biasanya berhubungan dengan kemampuan menelan, atau rasa dan tekstur yang kurang cocok. Pastikan MPASI dimulai dari satu macam rasa dahulu. Tekstur juga usahakan dari yang sangat cair dahulu, baru kemudian dikentalkan secara bertahap. Saat bayi mulai menguasai cara menelan, bisa mulai dikenalkan jenis makanan yang lebih padat.

Muntah juga bisa berhubungan dengan pilek dan batuk. Saat anak batuk pilek, paru-paru akan memproduksi lendir berlebih untuk membersihkan paru dan saluran nafas dari gangguan. Lendir ini kemudian naik dan terbuang melalui saluran pencernaan, baik langsung keluar jadi muntah, atau tertelan dan terbuang bersama BAB. Bedakan BAB berlendir dengan diare ya. Kalau diare teksturnya akan sangat cair sampai tidak berampas, sementara BAB yang berlendir karena ekskresi lendir ketika batuk pilek biasanya ampasnya banyak tapi agak lembek karena tercampur lendir.

Apa yang harus dilakukan bila muntah belum bisa berhenti dan tidak ada asupan yang (sepertinya) bisa masuk?
Jaga dari dehidrasi dengan memberikan banyak cairan. Bisa dalam bentuk minuman, makanan (es loli, es krim, buah yang kandungan airnya tinggi, agar-agar atau jeli, dll), maupun makanan yang berkuah.
Bila dehidrasi mulai parah, anak lesu dan ‘kering’, mungkin perlu diberikan CRO (cairan rehidrasi oral) seperti oralit atau pedialit.
Jangan paksa anak untuk makan dalam porsi biasa, apalagi bila hal itu memicu muntah. Tawarkan biskuit atau camilan kecil.

Hindari dulu susu, makanan bersantan, pedas, dan minuman asam bila memicu mual dan muntah.
Pemberian BRATTY (banana, rice, apple sauce, tea, toast, & yogurt) bisa dicoba, tapi bukan untuk diberikan terus menerus. Penelitian terakhir lebih merujuk kepada pemberian asupan lengkap gizi. Dengah hanya memberikan BRATTY saja malah dikhawatirkan anak kekurangan gizi yang mendukung penyembuhan.
Tentang tanda-tanda dehidrasi dan tata cara pemberian CRO, nanti akan dibahas tersendiri ya.
Kapan muntah harus diwaspadai?

Gejala berikut mungkin menunjukkan suatu kondisi yang lebih serius dari gastroenteritis; hubungi dokter segera bila bayi atau anak memiliki salah satu dari ini:
Muntah menyembur atau kuat pada bayi, terutama bayi yang kurang dari 3 bulan
Muntah pada bayi setelah bayi telah mendapat CRO selama hampir 24 jam
Muntah mulai kembali segera setelah mencoba untuk melanjutkan kembali pola makan normal pada anak
Muntah muncul setelah cedera kepala
Muntah-muntah disertai demam (100.4°F/38°C suhu anus pada bayi di bawah usia 6 bulan atau lebih dari 101-102°F/38.3-38.9°C pada anak yang lebih tua)
Muntah hijau atau kuning kehijauan
Perut anak terasa keras, kembung, dan sakit di antara episode muntah
Muntah-muntah disertai dengan sakit perut yang berat
Muntah menyerupai bubuk kopi (darah yang bercampur dengan asam lambung akan berwarna kecoklatan dan terlihat seperti bubuk kopi)
Muntah darah

Semoga sekarang jadi lebih tenang ya kalau anak muntah. Karena sudah ada pegangan apa yang harus dilakukan.

Buat yang sedang sakit, cepet sembuh yaa.

source:
http://milissehat.web.id/?p=208
http://en.wikipedia.org/wiki/BRAT_diet
http://mommiesdaily.com/2011/03/22/kenali-muntah-pada-anak/

No comments:

Post a Comment