Pages

Saturday, January 7, 2012

Jangan Lupa Dokumentasi Imunisasi Anak

JAKARTA, KOMPAS.com — Banyak penyakit masa kanak-kanak yang sangat umum, seperti cacar air, campak, atau gondongan, merupakan penyakit infeksi yang sangat menular.

Anak-anak merupakan fokus utama program imunisasi karena kekebalan tubuh anak belum terbentuk sempurna. Karena itu, imunisasi harus diulang berkali-kali untuk mempertahankan kadar antibodi dalam jangka waktu lama.

Hanya saja, karena imunisasi harus diberikan berkali-kali dengan jangka waktu tertentu, orangtua kerap lupa dan tidak mencacat dalam dokumen kesehatan anak. Sering kali pula dokumen kesehatan anak hilang atau terselip sehingga jadwal pemberian vaksin pada anak terlewat.

Kendala tersebut dikatakan oleh dr Badriul Hegar, Sp.A (K), bukan saja merugikan orangtua dan anak, tetapi juga berdampak pada data pemerintah terhadap cakupan imunisasi.

"Idealnya seorang anak memiliki satu buku catatan kesehatan dari sejak lahir hingga remaja sehingga orangtua tahu imunisasi apa saja yang belum didapat dan mana yang harus diulang sehingga tidak sampai terjadi dobel imunisasi. Dokumentasi kesehatan yang baik juga bisa menjadi data yang akurat bagi pemerintah dalam mendata cakupan imunisasi di suatu wilayah," papar dokter yang menjabat sebagai ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia itu.

Di beberapa negara maju, dokumen medis dan kelengkapan vaksin yang sudah didapat seorang anak menjadi syarat yang harus dilengkapi ketika anak akan masuk sekolah. Sayangnya, di Indonesia hal ini belum bisa diterapkan karena pemerintah masih fokus pada program wajib belajar.

Bagaimana jika seorang anak ketinggalan satu kali vaksinasi? Dr Sri Rejeki Hadinegoro, Sp.A (K) menegaskan bahwa anak tidak perlu mengulang dari awal rangkaian dosis vaksinasi.

"Langsung saja jadwalkan untuk mengejar dan berikan yang terlambat saja. Jadwal dimulai dari tahap itu, bukan dari semula," katanya.

http://female.kompas.com/read/2010/11/26/07480726/Jangan.Lupa.Dokumentasi.Imunisasi.Anak.

No comments:

Post a Comment